Mungkin hanya sebahagian orang yang
menyadari dengan sepenuh hati bahwa aktivitas yang dipilihnya akan menentukan
seberapa cepat garis finish itu dicapai. Rasanya tidak terlalu berarti seberapa
jauh titik finish kita tentukan, tetapi yang sangat menentukan adalah dengan
cara apa dan aktivitas apa yang kita pilih untuk sampai pada titik finish
tersebut.
Dalam sebuah artikel di Face Book
saya membaca sebuah artikel dari sebuah majalah ternama di negeri ini, Presiden
Joko Widodo,"Ekonomi2016 bergerak lebih cepat". Jika kita baca secara
sepintas sepertinya artikel itu memberikan harapan pada perubahan kearah lebih
baik dari kondisi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Saya hanya membayangkan bagaimana
jika ternyata pergerakan yang melaju dengan cepat tersebut kondisinya seperti
larinya Hamster di dalam sangkar bundar? Semakin memacu kecepatan maka semakin
lelah, pusing dan tidak sampai kemana-mana. Berlari, energi berkurang tetapi
tetap berada dalam sangkar yang mengekang. Rasanya kecepatan berlari tidak
terlalu penting dalam kondisi ini.
Saya membayangkan, masyarakat kita
kondisinya terperangkap dalam sangkar bundar, tidak tahu dari mana perubahan
kearah yang lebih baik itu harus dimulai, tidak jelas mana titik awal dan mana
titik akhir.
Hiruk pikuk dunia hiburan, gaya
hidup dan glamornya kaum jetset dianggap sebagai sebuah kemajuan bangsa.
Pertunjukan itu bisa dinikmati pada hampir semua media yang ada, sementara
masyarakat hanya menonton dan berdecak penuh harap. Seolah keceriaan mereka
bagian dari kebahagianaan masyarakat, padahal faktanya mereka jadi koban racun
"kebahagiaan palsu".
Saya sangat khawatir jika kondisi
ini terus dilegimitasi oleh para pakar ekonomi sebagai sebuah indikator
kemajuan, seperti halnya pernyataan bahwa "Kemacetan Transportasi sebagai
indikator membaiknya kondisi perekonomian". Rasanya sudak kebulak balik,
logika tidak lagi mampu mewadahi asumsi pemegang kekeuasaan negeri ini.
Artikel ini saya buat bukan karena
benci terhadap para penguasa, tetapi semoga menjadi bahan perenungan bagi
masyarakat. Semoga ada guna dan berkah bagi mereka!
Pada kesempatan ini saya akan
memaparkan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan akan menghabiskan sumberdaya
apakah besar atau kecil. Sumberdaya itu seharusnya sudah dijadikan kepemilikan
kolektif yang tidak boleh dibuang percuma. Setiap aktivitas yang dilakukan pun
akan mengahasilkan capaian apakah besar atau kecil sangat tergantung.
Semestinya masyarakat, penguasa
negeri ini bisa memberikan edukasi, pemahaman dan keteladanan atas penggunaan
sumberdaya tersebut. Meng efisienkan sumber daya dan meng efektifkan
aktivitas hendaknya jadi budaya bersama.
Berikut saya perlihatkan Kuadran
aktivitas & hasil, sebagai ilustrasi agar semuanya bisa melakukan pemilihan
aktivitas untuk capaian lebih baik dimasa yang akan datang.
Kuadran:
Kuadran A adalah aktivitas yang
menghabiskan sumber daya RENDAH. tetapi hasinyapun RENDAH. .
Kuadran B adalah aktivitas yang
menghabiskan sumber daya RENDAH. tetapi hasinya TINGGI.
Kuadran C adalah aktivitas yang
menghabiskan sumber daya TINGGI tetapi hasinyaTINGGI
Kuadran D adalah aktivitas yang
menghabiskan sumber daya TINGGI tetapi hasinya RENDAH.
Catatan:
Kuadran A masih bisa ditolelir untuk
kita kerjakan oleh masyakat walau terpaksa.
Kuadran B harus menjadi pilihan dan
harus dilakukan masyarakat.
Kuadran C masih bisa dipilih menjadi
alternatif aktivitas tetapi harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
skill.
Kuadran D sama sekali untuk
dihindari dan jangan jadi alternatif.
Karena kondisi keterdidikan masyakat
kita rendah, maka ada baiknya masyarakat harus dipandu atas pilihan-pilihan
aktivitas hidupnya. Banyak cara bisa dilakukan seperti membuat pusat-pusat
edukasi masyakata ditiap daerah, atau negara tidak membertikan ijin dan ruang
untuk jenis aktivitas D, dan meminimalkan aktivitas A.
Insya Allah pada tulisan berikutnya
saya akan mencoba memberikan gambaran aktivitas apa saja yang masuk pada
masing-masing kudran. Semoga bermanfaat dan mendapatkan pertolongan dan
Rahmat-NYA, aamiin.
Tidak ada komentar:
Write komentar